Senin, 27 Februari 2012

makalah FILSAFAT PENDIDIKAN untuk pendidikan

AHYADI
STIT AL-KHAIRIYAH CILEGON

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia pada dasarnya dilahirkan ke dunia sebagai bayi yang tidak dapat berbuat apa-apa tanpa pertolongan orang lain. Namun, manusia sejak lahir telah memiliki potensi dasar (fitrah) yang harus dikembangkan dalam sebuah lingkungan melalui bantuan orang lain. Oleh karena itu, manusia sangat membutuhkan pendidikan guna keberlangsungan dalm menjalani kehidupannya.
Dengan pendidikan manusia akan berkembang menjadi yang lebih dewasa. Karena pendidikan merupakan upaya pendewasaan manusia yaitu untuk membimbing manusia agar lebih bertanggung jawab. Dan dengan pedidikan manusia dapat mengembangkan potensinya dan mampu mengakses ilmu pengetahuan yang tinggi guna meningkatkan kualitas sumber daya insaninya. Dengan demikian manusia mampu memerankan akal budinya secara naluriah untuk meraih sejauh-jauhnya hikmah – kearifan yang lebih tinggi dari sekedar ilmu pengetahuan.
Proses kehidupan manusia tidak lepas dari pemikiran-pemikiran manusia akan suatu hal atau fenomena yang terjadi. Manusia memliki akal sebagai potensi berfikir yang senantiasa bergolak mencari kebenara-kebenaran yang tentunya sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, sehingga pemikirannya dapat berubah-ubah atu relative tentang suatu hal. Oleh karena itu butuh pendidikan filsafat sebagai pijakan dalam berpikir guna mengarahkan pemikiran yang lebih bijakana. Maka, antara filsafat, manusia dan pendidikan terdapat hubungan yang erat.
Perumusan Masalah
Bagaimana kaitan antara filsafat dan manusia?
Bagaimana kaitan antara Manusia dan Pendidikan?
Bagaimana kaitan antara  filsafat dan Pendidikan?
Bagaimana hubungan antara filsafat, manusia dan pendidikan?
Tujuan Penulisan
Untuk menjelaskan antara filsafat dan manusia.
Untuk menjelaskan antara Manusia dan Pendidikan.
Untuk menjelaskan antara  filsafat dan Pendidikan.
Untuk menjelaskan hubungan antara filsafat, manusia dan pendidikan.


Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan: latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan;
Bab II Pembahasan: filsafat dan manusia, manusia dan pendidikan, filsafat dan pendidikan, serta hubungan filsafat, manusia dan pendidikan;
Bab III Penutup: kesimpulan dan saran.



BAB II
HUBUNGAN FILSAFAT, MANUSIA DAN PENDIDIKAN

Filsafat dan Manusia
Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa yunani, yaitu Philo yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksaanan. Secara harfiah atau konseptual Filsafat dapat juga diartikan sebagi segala aktivitas manusia untuk merenungkan tentang segala sesuatu yang ada, sehingga mempunyai makna yang mendalam. Filsafat juga sebagi pandangan hidup manusia, karena filsafat seseorang ialah cenderung untuk melakukan sesuatu yang bijaksan dalam menentukan sikap atau tindakan. Jika dilihat dari keterngan diatas maka filsafat mempunyai kaitan yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia, karena manusia memiliki potensi untuk berfilsafat guna mengarahkan dirinya pada tujuan yang bijaksana.
Manusia dilahirkan secara fitrah.diantara salah satu unsur  fitrah itu adalah kebenaran. Dengan adsanya fitrah itu manusia cenderung untuk selalu mencintaai kebenaran. Cinta kebenaran mendorong manusia untuk selalu dan berupaya mencarinya. Kesadarn terhadap kemebanaran harus dicari oleh setiap manusia, sampai setiap orang menyatakan setuju terhadap apa yang ditemuinya.
Dalam hubungan dengan kebenaran ini, filsafat sering diidentifikasikan dengan system nilai dan pandangan hidup. Disebut  system nilai karena dianggap sebagai sesuatu yang benar, hingga perlu dipertahankan.selanjutnya bila filsafat itu sebagai pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa, maka mereka selalu berusaha untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan yang nyata.
Ada beberapa alasan mengapa manusia memerlukan filsafat, yaitu:
Filsafat membantu manusia dalam mengambil keputusan dan tindakan kehidupannya,
Filsafat membantu manusia dalam mencari kebenaran tentang suatu hal,
Filsafat membantu manusia melalui ide/pemikirannya dalam kemjuan kehidupan, dan.
Filsafat membantu manusia dalam mencari solusi dalam suatu problema-problema yang ada.



Hakikat manusia
Ada sejumlah konsep yang mengacu kepada makna manusia sebagai makhluk. Dilihat dari sudut pandang etika, manusia disebut homo saphiens, yakni makhluk yang memiliki akal budi. Manusia disebut juga animal rational, karena memiliki kemampuan berpikir. Berdasarkan pendekatan kemampuan berbahasa manusia disebut homo laquen. Mereka yang menggunakan pendekatan kebudayan menyebut manusia sebagai homo faber atau toolmaking animal (Makhluk yang mampu membuat peralatan).
Selain itu manusia juga disebut sebagai homo religious, yaitu makhluk beragama. Dan masih banyak lagi sebutan-sebutan yang dikenakan kepada manusia. Namun, konsep-konsep yang digunakan untuk menggambarkan sosok manusia secara utuh belum terpenuhi. Menurut Murtadha Muthahhari mengungkapkan, bahwa manusia adalah makhluk yang unik. Menurutnya, tidak ada makhluk di dunia ini yang lebih membutuhkan penjelasan dan interpretasi selain manusia.
Manusia dan potensinya
Hakikat dari penciptaan manusia adalah agar manusia dapat menjadi pengabdi Allah yang setia. Untuk mencapai tujuan itu, maka Allah SWT. Telah melengkapi manusia dengan berbagai potensi (fitrah). Bila potensi tersbut ditumbuh-kembangkan secara optimal sesuai dengan petunjuk Allah, maka diyakini bahwa manusia akan mampu mewujudkan dirinya sebagai seorang khalifah Allah di muka bumi, dan sekaligus jadi pengabdi-Nya yang setia.
Potensi Fitrah mengacu kepada kebutuhan manusia itu sendiri. Menurut Murtadha Muthahhari kebutuhan fitrah itu mencakup:
Kebutuhan jasmani
Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan jasmani. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan primer, yakni minum, makan dan seksual . kebutuhan ini dimasukkan dalam kategori naluri (al-Gharaiz).pemenuhan kebutuhan ini sudah tertata dalam system kerja dan koordinasi saraf dengan otak.semuanya berjalan dengan otomatis.
Kebutuhan rohani (spiritual)
Kebutuhan rohani adalah berupa motif-motifsuci. Motif ini terbagi menjadibeberapa kategori, yaitu:
Mencari kebenaran
Mencari kebenaran adalah sesuatu yang disebut dengan istilah “pengetahuan” atau “penalaran terhadap alam luar”. Dengan adanya dorongan ini manusia cenderung untuk menemukan berbagai hakikat seperti apa adanya, atau menalarnya sebagai semestinya. Karena dalam diri manusia memang ada kecenderungan atau dorongan untuk mengetahui dan menalar hakikat berbagi benda. Dorongan ini disebut “kesadaran filosofis” atau “pencarian kebenaran”. Rasulullah SAW. Dalam salah satu do’anyamengungkapkan: “Yaa Allah, perlihatkanlah kepadaku segala sesuatu sebagaiman yang sesungguhnya ada.”
Moral (akhlak)
Dalam diri manusia memiliki kecenderungan untuk senantiasa menyenangi kebajikan sebagi kebaikan spiritual. Manusia menyukai kejuuran karena baik, dan emenci kebohongan karena ia bertentangan dengan kejujuran. Demikian pula manusia menyukai dan sekaligus tergantung dengan amanah, ketakwaan, kesucian, dan sifat-sifat positif lainnya sebagai individu.
Kecenderungan moral (akhlak) juga berhubungan erat dengan upaya manusia untuk mencari kebenaran. Bila kebenaran filosofis dan kebenaran ilmiah berada apad ranah kognitif, maka moral (akhlak) berada pada ranah affektif. Tolok ukur kebenaran ranah kognitif atau kebenaran rasional, adalah benar dan salah. Sedangkan kebenaran moral (akhlak) terkait dengan sikap dan prilaku. Tolk ukurnya adalah baik dan buruk.
Estetika
Manusia tertarik secar total pada keindahan, baik keindahan dalam akhlak maupun keindahan dalam bentuk. Dorongan ini pula menyebabkan manusia membutuhkan dan menyukai keindahan.
Kreasi dan penciptaan
Dalam diri manusia juga terdapat dorongan untuk membuat sesuatu yang baru. Manusia terdorong untuk memenuhi kebtutuhannya dengan berkreasi. Dengan kreasi dan penciptaan itulah manusia disebut sebagai Makhluk berperadaban.
Kerinduan dan ibadah
Dalam diri manusia terdapat suatu kondisi yang disebut kerinduan (al – Isyq) adalah kondisi yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan cinta. Dengan kerinduan tersebut seseorang dapat memperoleh kondisi “menyatu” dengan yang dirindukannya. Ketika itu yang dilihatnya adalah sesuatu yang satu, karena itu ia menyat dengan yang dirindukan. Kerinduan dan ibadah ini merupakan bentuk kerinduan manusia kepada sang pencipta. Kerinduan tersebut memiliki benih-benih yang tertanam dalam roh dan fitrah manusia.
Manusia dan Pendidikan
Manusia adalah makhlk tanpa daya. Sejak dilahirkan membutuhkna bantuan lingkungannya untuk mengembangkan potensinya. Seperti hadits Rasulullah SAW. Menyatakan: “setiap bayi yang dilahirkan dalam keadan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau madjusi. Selanjutnya manusia disebut makhluk eksploratif dalam arti, bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri secara fisik, mental dan spiritual.
Oleh karena itu manusia sangat memerlukan pendidikan untuk mengembangkan potensinya sebagi proses pendewasan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai escalator dalam menuju kebahagian baik secara jasmani ataupun rohani, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan demikian, erat sekali hibungan antara manusia dengan pendidikan.
Filsafat dan Pendidikan
Di dalam proses pendidikan tentu tidak lepas dari masalah-masalah kependidikan. Namun tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan menggunakan metode ilmiah semata-mata. Karena banyak masalh-masalah tersebut yang merupakn pertanyaan filsafat, yang memerlukan pendekatan filsafat pula dalam pemecahannya. Analisa filsafat terhadap masalah-masalah kependidikan tersebut, dengan berbagai pendekatannya akan dapat menghasilkan pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah tersebut. Dan atas dasar itulah bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan.
Adapun fungsi filsafat terhadap pendidikan, yaitu:
Membantu para perancang, maupun para pelaksana pendidikan dalam membentuk pemikiran yang benar terhadap proses pendidikan.
Member dasar bagi pendidikan secara umum dan khusus.menjadi dasar penilaian pendidikan secara menyeluruh.
Member sandaran intelektual, serta bimbingan bagi para pelaksana pendidikan untuk menghadapi tantangan yang muncul dalam bidang pendidikan.
Member pendalaman pemikiran tentang pendidikan dalam hubungannya dengan factor-faktor spiritual, kebudayaan, social, ekonomi, politik dan berbagai aspek kehidupan lainnya.

Hubungan antara Filsafat, Manusia, dan pendidikan
Kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan
Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium) yang melahirkan banyak ilmu pengetahuan yang membahas sesuai dengan apa yang telah dikaji dan diteliti didalamnya. Dalam hal metode dan obyek studinya, filsafat berbeda dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menyelidiki masalah dari satu bidang khusus saja, dengan menggunakan metode observasi dan eksperimen dari fakta-fakta yang dapat diamati. Sedangkan filsafat berpikir dengan mendasar, dan menyeluruhsampai pada fakta-fakta dibelakang yang Nampak.
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok. Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia di bidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan. Kemudian lambat laun, beberapa ilmu-ilmu pengetahuan itu melepaskan diri dari filsafat, akan tetapi tidaklah berarti ilmu itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan dari filsafat.
Kedudukan filsafat bagi kehidupan manusia
Kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia yaitu memberikan penertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat. Berdasarkan hasil kenyataan, maka filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia, pedoman itu mengenai sesuatu yang berada di sekitar manusia itu sendiri, seperti kedudukan dalam hubungannya dengan yang lainnya. Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia dalam berfikir dan bertindak melalui dengan akal, rasa, dan kehendak. Dengan akal, filsafat memberikan pdoman hidup untuk berfikir guna memperoleh pengetahuan. Dengan rasa dan kehndak maka filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.
Dengan demikian, antara filsafat, manusia, dan pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat sekali. Karena manusia dilahirkan sebagai bayi yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan lingkungan. Karena menurut jhon Locke, bahwa: “manusia ibarat kertas putih yang masih bersih tanpa coretan”. Dan dalam masa tertentu, kertas putih itu sedikit demi sedikit terdapat goresan-goresan seiring perkembangannya melalui proses-proses tertentu. Artinya, manusia sejak dilahirkan memiliki potensi yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan.
Dan peran filsafat dalam kehidupan manusia yaitu sebagi pola piker manusia yang arif dan bijaksana dalam menentukan sikap dan tindakan untuk menjalani kehidupan sesuai dengan fitrahnya.

















PENUTUP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar