Senin, 27 Februari 2012

makalah FILSAFAT PENDIDIKAN untuk pendidikan

AHYADI
STIT AL-KHAIRIYAH CILEGON

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia pada dasarnya dilahirkan ke dunia sebagai bayi yang tidak dapat berbuat apa-apa tanpa pertolongan orang lain. Namun, manusia sejak lahir telah memiliki potensi dasar (fitrah) yang harus dikembangkan dalam sebuah lingkungan melalui bantuan orang lain. Oleh karena itu, manusia sangat membutuhkan pendidikan guna keberlangsungan dalm menjalani kehidupannya.
Dengan pendidikan manusia akan berkembang menjadi yang lebih dewasa. Karena pendidikan merupakan upaya pendewasaan manusia yaitu untuk membimbing manusia agar lebih bertanggung jawab. Dan dengan pedidikan manusia dapat mengembangkan potensinya dan mampu mengakses ilmu pengetahuan yang tinggi guna meningkatkan kualitas sumber daya insaninya. Dengan demikian manusia mampu memerankan akal budinya secara naluriah untuk meraih sejauh-jauhnya hikmah – kearifan yang lebih tinggi dari sekedar ilmu pengetahuan.
Proses kehidupan manusia tidak lepas dari pemikiran-pemikiran manusia akan suatu hal atau fenomena yang terjadi. Manusia memliki akal sebagai potensi berfikir yang senantiasa bergolak mencari kebenara-kebenaran yang tentunya sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, sehingga pemikirannya dapat berubah-ubah atu relative tentang suatu hal. Oleh karena itu butuh pendidikan filsafat sebagai pijakan dalam berpikir guna mengarahkan pemikiran yang lebih bijakana. Maka, antara filsafat, manusia dan pendidikan terdapat hubungan yang erat.
Perumusan Masalah
Bagaimana kaitan antara filsafat dan manusia?
Bagaimana kaitan antara Manusia dan Pendidikan?
Bagaimana kaitan antara  filsafat dan Pendidikan?
Bagaimana hubungan antara filsafat, manusia dan pendidikan?
Tujuan Penulisan
Untuk menjelaskan antara filsafat dan manusia.
Untuk menjelaskan antara Manusia dan Pendidikan.
Untuk menjelaskan antara  filsafat dan Pendidikan.
Untuk menjelaskan hubungan antara filsafat, manusia dan pendidikan.


Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan: latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan;
Bab II Pembahasan: filsafat dan manusia, manusia dan pendidikan, filsafat dan pendidikan, serta hubungan filsafat, manusia dan pendidikan;
Bab III Penutup: kesimpulan dan saran.



BAB II
HUBUNGAN FILSAFAT, MANUSIA DAN PENDIDIKAN

Filsafat dan Manusia
Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa yunani, yaitu Philo yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksaanan. Secara harfiah atau konseptual Filsafat dapat juga diartikan sebagi segala aktivitas manusia untuk merenungkan tentang segala sesuatu yang ada, sehingga mempunyai makna yang mendalam. Filsafat juga sebagi pandangan hidup manusia, karena filsafat seseorang ialah cenderung untuk melakukan sesuatu yang bijaksan dalam menentukan sikap atau tindakan. Jika dilihat dari keterngan diatas maka filsafat mempunyai kaitan yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia, karena manusia memiliki potensi untuk berfilsafat guna mengarahkan dirinya pada tujuan yang bijaksana.
Manusia dilahirkan secara fitrah.diantara salah satu unsur  fitrah itu adalah kebenaran. Dengan adsanya fitrah itu manusia cenderung untuk selalu mencintaai kebenaran. Cinta kebenaran mendorong manusia untuk selalu dan berupaya mencarinya. Kesadarn terhadap kemebanaran harus dicari oleh setiap manusia, sampai setiap orang menyatakan setuju terhadap apa yang ditemuinya.
Dalam hubungan dengan kebenaran ini, filsafat sering diidentifikasikan dengan system nilai dan pandangan hidup. Disebut  system nilai karena dianggap sebagai sesuatu yang benar, hingga perlu dipertahankan.selanjutnya bila filsafat itu sebagai pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa, maka mereka selalu berusaha untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan yang nyata.
Ada beberapa alasan mengapa manusia memerlukan filsafat, yaitu:
Filsafat membantu manusia dalam mengambil keputusan dan tindakan kehidupannya,
Filsafat membantu manusia dalam mencari kebenaran tentang suatu hal,
Filsafat membantu manusia melalui ide/pemikirannya dalam kemjuan kehidupan, dan.
Filsafat membantu manusia dalam mencari solusi dalam suatu problema-problema yang ada.



Hakikat manusia
Ada sejumlah konsep yang mengacu kepada makna manusia sebagai makhluk. Dilihat dari sudut pandang etika, manusia disebut homo saphiens, yakni makhluk yang memiliki akal budi. Manusia disebut juga animal rational, karena memiliki kemampuan berpikir. Berdasarkan pendekatan kemampuan berbahasa manusia disebut homo laquen. Mereka yang menggunakan pendekatan kebudayan menyebut manusia sebagai homo faber atau toolmaking animal (Makhluk yang mampu membuat peralatan).
Selain itu manusia juga disebut sebagai homo religious, yaitu makhluk beragama. Dan masih banyak lagi sebutan-sebutan yang dikenakan kepada manusia. Namun, konsep-konsep yang digunakan untuk menggambarkan sosok manusia secara utuh belum terpenuhi. Menurut Murtadha Muthahhari mengungkapkan, bahwa manusia adalah makhluk yang unik. Menurutnya, tidak ada makhluk di dunia ini yang lebih membutuhkan penjelasan dan interpretasi selain manusia.
Manusia dan potensinya
Hakikat dari penciptaan manusia adalah agar manusia dapat menjadi pengabdi Allah yang setia. Untuk mencapai tujuan itu, maka Allah SWT. Telah melengkapi manusia dengan berbagai potensi (fitrah). Bila potensi tersbut ditumbuh-kembangkan secara optimal sesuai dengan petunjuk Allah, maka diyakini bahwa manusia akan mampu mewujudkan dirinya sebagai seorang khalifah Allah di muka bumi, dan sekaligus jadi pengabdi-Nya yang setia.
Potensi Fitrah mengacu kepada kebutuhan manusia itu sendiri. Menurut Murtadha Muthahhari kebutuhan fitrah itu mencakup:
Kebutuhan jasmani
Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan jasmani. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan primer, yakni minum, makan dan seksual . kebutuhan ini dimasukkan dalam kategori naluri (al-Gharaiz).pemenuhan kebutuhan ini sudah tertata dalam system kerja dan koordinasi saraf dengan otak.semuanya berjalan dengan otomatis.
Kebutuhan rohani (spiritual)
Kebutuhan rohani adalah berupa motif-motifsuci. Motif ini terbagi menjadibeberapa kategori, yaitu:
Mencari kebenaran
Mencari kebenaran adalah sesuatu yang disebut dengan istilah “pengetahuan” atau “penalaran terhadap alam luar”. Dengan adanya dorongan ini manusia cenderung untuk menemukan berbagai hakikat seperti apa adanya, atau menalarnya sebagai semestinya. Karena dalam diri manusia memang ada kecenderungan atau dorongan untuk mengetahui dan menalar hakikat berbagi benda. Dorongan ini disebut “kesadaran filosofis” atau “pencarian kebenaran”. Rasulullah SAW. Dalam salah satu do’anyamengungkapkan: “Yaa Allah, perlihatkanlah kepadaku segala sesuatu sebagaiman yang sesungguhnya ada.”
Moral (akhlak)
Dalam diri manusia memiliki kecenderungan untuk senantiasa menyenangi kebajikan sebagi kebaikan spiritual. Manusia menyukai kejuuran karena baik, dan emenci kebohongan karena ia bertentangan dengan kejujuran. Demikian pula manusia menyukai dan sekaligus tergantung dengan amanah, ketakwaan, kesucian, dan sifat-sifat positif lainnya sebagai individu.
Kecenderungan moral (akhlak) juga berhubungan erat dengan upaya manusia untuk mencari kebenaran. Bila kebenaran filosofis dan kebenaran ilmiah berada apad ranah kognitif, maka moral (akhlak) berada pada ranah affektif. Tolok ukur kebenaran ranah kognitif atau kebenaran rasional, adalah benar dan salah. Sedangkan kebenaran moral (akhlak) terkait dengan sikap dan prilaku. Tolk ukurnya adalah baik dan buruk.
Estetika
Manusia tertarik secar total pada keindahan, baik keindahan dalam akhlak maupun keindahan dalam bentuk. Dorongan ini pula menyebabkan manusia membutuhkan dan menyukai keindahan.
Kreasi dan penciptaan
Dalam diri manusia juga terdapat dorongan untuk membuat sesuatu yang baru. Manusia terdorong untuk memenuhi kebtutuhannya dengan berkreasi. Dengan kreasi dan penciptaan itulah manusia disebut sebagai Makhluk berperadaban.
Kerinduan dan ibadah
Dalam diri manusia terdapat suatu kondisi yang disebut kerinduan (al – Isyq) adalah kondisi yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan cinta. Dengan kerinduan tersebut seseorang dapat memperoleh kondisi “menyatu” dengan yang dirindukannya. Ketika itu yang dilihatnya adalah sesuatu yang satu, karena itu ia menyat dengan yang dirindukan. Kerinduan dan ibadah ini merupakan bentuk kerinduan manusia kepada sang pencipta. Kerinduan tersebut memiliki benih-benih yang tertanam dalam roh dan fitrah manusia.
Manusia dan Pendidikan
Manusia adalah makhlk tanpa daya. Sejak dilahirkan membutuhkna bantuan lingkungannya untuk mengembangkan potensinya. Seperti hadits Rasulullah SAW. Menyatakan: “setiap bayi yang dilahirkan dalam keadan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau madjusi. Selanjutnya manusia disebut makhluk eksploratif dalam arti, bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri secara fisik, mental dan spiritual.
Oleh karena itu manusia sangat memerlukan pendidikan untuk mengembangkan potensinya sebagi proses pendewasan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai escalator dalam menuju kebahagian baik secara jasmani ataupun rohani, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan demikian, erat sekali hibungan antara manusia dengan pendidikan.
Filsafat dan Pendidikan
Di dalam proses pendidikan tentu tidak lepas dari masalah-masalah kependidikan. Namun tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan menggunakan metode ilmiah semata-mata. Karena banyak masalh-masalah tersebut yang merupakn pertanyaan filsafat, yang memerlukan pendekatan filsafat pula dalam pemecahannya. Analisa filsafat terhadap masalah-masalah kependidikan tersebut, dengan berbagai pendekatannya akan dapat menghasilkan pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah tersebut. Dan atas dasar itulah bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan.
Adapun fungsi filsafat terhadap pendidikan, yaitu:
Membantu para perancang, maupun para pelaksana pendidikan dalam membentuk pemikiran yang benar terhadap proses pendidikan.
Member dasar bagi pendidikan secara umum dan khusus.menjadi dasar penilaian pendidikan secara menyeluruh.
Member sandaran intelektual, serta bimbingan bagi para pelaksana pendidikan untuk menghadapi tantangan yang muncul dalam bidang pendidikan.
Member pendalaman pemikiran tentang pendidikan dalam hubungannya dengan factor-faktor spiritual, kebudayaan, social, ekonomi, politik dan berbagai aspek kehidupan lainnya.

Hubungan antara Filsafat, Manusia, dan pendidikan
Kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan
Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium) yang melahirkan banyak ilmu pengetahuan yang membahas sesuai dengan apa yang telah dikaji dan diteliti didalamnya. Dalam hal metode dan obyek studinya, filsafat berbeda dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menyelidiki masalah dari satu bidang khusus saja, dengan menggunakan metode observasi dan eksperimen dari fakta-fakta yang dapat diamati. Sedangkan filsafat berpikir dengan mendasar, dan menyeluruhsampai pada fakta-fakta dibelakang yang Nampak.
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok. Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia di bidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan. Kemudian lambat laun, beberapa ilmu-ilmu pengetahuan itu melepaskan diri dari filsafat, akan tetapi tidaklah berarti ilmu itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan dari filsafat.
Kedudukan filsafat bagi kehidupan manusia
Kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia yaitu memberikan penertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat. Berdasarkan hasil kenyataan, maka filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia, pedoman itu mengenai sesuatu yang berada di sekitar manusia itu sendiri, seperti kedudukan dalam hubungannya dengan yang lainnya. Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia dalam berfikir dan bertindak melalui dengan akal, rasa, dan kehendak. Dengan akal, filsafat memberikan pdoman hidup untuk berfikir guna memperoleh pengetahuan. Dengan rasa dan kehndak maka filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.
Dengan demikian, antara filsafat, manusia, dan pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat sekali. Karena manusia dilahirkan sebagai bayi yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan lingkungan. Karena menurut jhon Locke, bahwa: “manusia ibarat kertas putih yang masih bersih tanpa coretan”. Dan dalam masa tertentu, kertas putih itu sedikit demi sedikit terdapat goresan-goresan seiring perkembangannya melalui proses-proses tertentu. Artinya, manusia sejak dilahirkan memiliki potensi yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan.
Dan peran filsafat dalam kehidupan manusia yaitu sebagi pola piker manusia yang arif dan bijaksana dalam menentukan sikap dan tindakan untuk menjalani kehidupan sesuai dengan fitrahnya.

















PENUTUP

CATATAN KECIL

TUK SEMERDU NYANYIANMU

Saat  Kau datang kepada Kami
Manis senyummu, merdu suaramu
Nyanyianmu buat Kami terlena
Gugurkan sejenak beban-beban Kami

Tiada sanggup kepala ini
Tuk mendonga menatap matahari
Hanyalah tunduk terpukau
Ikuti gaya dan irama nyanyianmu

Namun, kini sumbang suaramu
Lunturkan warna bendera  Kami
Tiada daya Kami menatap bendera
Dengan kedua mata Kami


AHYADI
Nyanyian Malamku
   
Kala senja tiba, kuucapkan prinsip cinta di telinganya
Dan dia memelukku penuh damba
Jika hitam sudah merata, kunyanyikan dia lagu harapan,
Diiringi kucupan-kucupan kasih sayang
Gerakku pantas diwarnai kegelapan
Sedangkan ia  tetap sabar dan tenang.
Kala bayangannya tepat di dekatku dan angin mulai bersemilir,
kami saling memeluk dalam kedamaian
Kala bayangan itu mulai menjauh dan bumi berselimut kabut,
Aku berlutut menjamah kakinya dan memanjatkan doa
    Seribu sayang, aku selalu berjaga sendiri
    menyusut kekuatanku terkikis oleh fajar
    Tetapi aku pemuja cinta,
    akan tegar menyambut senja yang siap pudarkan sinar     surya
    Dan kebenaran cinta itu sendiri perkasa,
    Mungkin kelelahan akan menimpaku,
    Namun tiada aku bakal binasa.

ahyadi

PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN ANAK DALAM PENDIDIKAN


AHYADI
STIT AL-KHAIRIYAH CILEGON


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau ilmu yang mempelajari gejala-gejala jiwa manusia. Dengan demikian kondisi jiwa manusia serta perilaku manusia dapat diketahui melalui ilmu Psikologi. Oleh karena itu psikologi sangat penting baik dalam lingkungan pendidikan ataupun dalam lingkunan sosial.
Perkembangan merupakan cabang ilmu Psikologi mempealajari perubahan-perubahan atau perkembangan baik fisik maupun segala hal yang berkaita dengan prilaku manusia. Karena setiap mahluk hidup akan mengalami perkembangan, baik cepat ataupun lambat. Oleh karena itu, perlu adanya aspek-aspek pendukung atau hal-hal yang mempengaruhi perkembangan mahluk hidup.
Makalah ini membahas mengenai prinsip-prinsip dan aspek-aspek perkembangan pada manusia. Dengan mempelajari prinsip-prinsip dan aspek-aspek perkembangan, diharapkan manusia mampu melakukan perubahan atau perkembangan secara dinamis, baik fisik ataupun perilaku secara baik. Sehingga kehidupan manusia akan terarah dan berkembang secara progresif dan dinamis.
Perumusan Masalah
Untuk meminimlisir terjadinya pelebaran dalam pembahasan, maka penulisan merumuskan masalah sebagai berikut:
Apa saja prinsip-prinsip perkembangan?
Apa saja aspek-aspeknya?

Tujuan Penulisan
Tujuan umum: Untuk mengetahui dan memahami bagaimana masalah-masalah yang di hadapi pada proses perkembangan.
Tujuan khusus: untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK) STIT Al-Khairiyah.
D. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan; Latar Belakang, Tujuan, Perumusan Masalah, dan Sistematika Makalah.
Bab II Pembahasan; Pengertian Perkembangan, Prinsip-prinsip Perkembangan, dan Aspek-aspek Perkembangan.
Bab III Penutup; Kesimpulan dan Saran.











BAB II
PRINSIP DAN ASPEK PERKEMBANGAN

PENGERTIAN
Perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, meskipun keduanya tidak berdiri sendiri. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Tidak saja anak menjadi lebih besar secara fisik, tetapi ukuran dan struktur organ dalam otak meningkat. Akibat adanya pertumbuhan otak anak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat, dan berpikir.
Sedangkan perkembangan berkaitan dengan perubahan – perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya (maturity) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Progresif menandai bahwa perubahannya terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. Sistematis dan berkesinambungan menunjukkan adanya hubungan nyata antara perubahan yang sebelumnya dan sesudahnya.

PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
Perkembangan selalu menuju diferensiasi
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis dia akan selalu berubah dan mengalami perubahan mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba. Perbuhan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami kemunduran.
Perkembangan awal lebih berpengaruh daripada perkembangan selanjutnya
Lingkungan tempat anak menghaiskan masa kecilnya akan sangat berpengaruh kuat terhadap kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari perilaku anak sepanjang hidupnya. Contoh:
Semakin dini sebuah perubahan dilakukan maka semakin mudah bagi seorang anak untuk mengadakan perubahan bagi dirinya.
Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Perkembangan seorang anak akan sangat diperngaruhi oleh proses kematangan yaitu terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal dari warisan genetik individu. Seperti misalnya dalam fungsi filogentik yaitu merangkak, duduk kemudian berjalan. Sedangkan arti belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar ini anak anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan. Hubungan antara kematangan dan hasil belajar ini bisa dicontohkan pada saat terjadinya masa peka pada seorang anak, bila pembelajaran itu diberikan pada saat masa pekanya maka hasil dari pembelajaran tersebut akan cepat dikuasai oleh anak, demikian pula sebaliknya.
Pola perkembangan dapat diramalkan
Dalam perkembangan motorik akan mengikuti hukum chepalocaudal yaitu perkembangan yang menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala kemudian badan dan terakhir kaki. Hukum yang kedua yaitu proxmodistal yaitu perkembangan dari yang dekat ke yang jauh. Kemampuan jari-jemari seorang anak akan didahului oleh ketrampilan lengan terlebih dahulu.
Pola perkembangan mempunyai karateristik yang dapat diramalkan
Karateristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti pola perkembangan yang sama dari saatu tahap menuju tahap berikutnya. Misalnya: Bayi berdiri sebelum dapat berjalan. Pola perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun terdapat variasi individu dalam kecepatan perkembangan.
Pada anak yang pandai dan tidak pandai akan mengikuti urutan perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Namun ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam perkembangannya dibandingkan dengan yg memiliki kecerdasan rata-rata, sedangkan anak yang bodoh akan berkembanga lebih lambat.
Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan
Setiap anak akan megikuti pola yang berbeda dengan cara dan kecepatanya sendiri. Sehingga perkembangannya akan berbeda diantara anak yang satu dengan anak yang lain, baik dalam perkembangan masing-masing organ atau aspek kejiwaan maupun cepat atau lambatnya perkmebangan tersebut.


ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN
Perkembangan Fisik dan Perkembangan Perilaku Psikomotorik
Perkembangan fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan – perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensorik dan keterampilan motorik. Perubahan pada fisik ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. 4 aspek perkembangan fisik menurut Kuhlen dan Thompson. Antara lain sebagai berikut :
Sistem syaraf (perkembangan kecerdasan dan emosi)
Otot – otot (kekuatan dan kemampuan gerak motorik)
Kelenjar Endokrin (perubahan – perubahan pola tingkah laku baru)
Struktur fisik/tubuh (perubahan tinggi, berat, dan proporsi)
Perubahan fisik (otak) juga merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena otak adalah sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan sehingga semakin sempurna struktur otak maka akan meningkatkan kemampuan kognitif.
Perkembangan perilaku psikomotorik
Prilaku psikomotorik memerlukan adanya koordinasi fungsional antara persyarafan dan otot serta fungsi psikis.  Ada dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah (1) bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dan (2) dari yang kasar dan global kepada yang halus dan spesifik. Seperti:
Berjalan dan memegang benda
Bermain dan bekerja.

Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif
Perkembanga bahasa
Perkembangan berbahsa dapat membedakan manusia dengan hewan. Dengan bahasa manusia mampu mengakodifikasi, mencatat, dan menyimpan hasil pengalaman baik data maupun fakta, mentransformasikan dan mengolah berbagai bentuk informasi melalui berfikir, mengkoordinasikan dan mengekspresika cita-cita, serta menginformasikannya. Ada 2 hal dalaperkembangan bahasa, yaitu:

Indicator perkemangan bahasa: Jumlah perbendaharaan kata , jenis, bentuk dan struktur kalimat, isi yang terkandungnya; gambar atau lukisan, bentuk gerakan tertentu yang bersifat ekspresif.
Proses perkembangan bahasa sangat dipengaruhi oleh factor latihan dan motivasi untuk belajar.
Perkembangan Perilaku Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.
Tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak).Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain)

Perkembangan Perilaku Sosial, Moralitas dan Keagamaan
Perkembangan perilaku sosial
Secara potensial (fitrah) manusia adalah makhluk social. Untuk mewujudkan potensi tersebut ia harus berada dalam interaksi dengan lngkungan manusia-manusia lain. Prosesnya: Pertama Proses sosialisasi dan perkembangan social adalah proses dimana individu (terutama Anak) melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan social. Kedua Kecenderungan pola orientasi social adalah dimana ada suatu keinginanan untuk mengikuti atau mencontoh bentuk perilaku atau sikap.
Moralitas
Secara individu menyadari bahwa ia merupakan bagian anggota dari kelompoknya, secepta itu pula pada umumnya individu menyadari bahwa terdapat aturan-aturan perilaku yang boleh, harus atau terlarang melakukannya.
Perkembangan kegamaan
Dengan kesadarannya seseorang akan mengalami, mempercayai, bahkna meyakini dan menerimanya tanpa keraguan, bahwa di luar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha agung yang melebihi apa pun termasuk dirnya. Denga kesadaran itulah manusia menyerhkan diri dalam bentuk ritual (kebaktian) baik secara individu maupun kolektif, baik dalam bentuk simboleik maupun nyata.

Perkembangan perilaku Affektif dan Kepribadian
Perilaku affektif
Perilaku affektif dapat dipengaruhi oleh emosional. Dimensi-dimensi   emosional berkecenderungan membentuk perilaku  seperti sikap-sikapnya untuk menolak, menerima, mendekati, menjauhi, dan yang lainya. Aspek emosional dari suatu perilaku, pada umumnya, selalu melibatkan tiga variabel, yaitu rangsangan yang menimbulkan emosi (the stimulus variable), perubahan-perubahan fisiologis, yang terjadi bila mengalami emosi (the organismic variable), dan pola sambutan ekspresi atau terjadinya pengalaman emosional itu (the response variable). Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berpikir.
Bersifat fluktuatif (tidak tetap)
Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.

Kepribadian
Kepribadian dapat diartikan sebagai “kualitas perilaku individu dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik”. Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal berikut:
Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika pelaku, konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat/lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan
Sikap terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan sebagainya) yang bersifat positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).
Stabilitas emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dan lingkungan. Seperti: mudah tidaknya tersinggung marah, sedih atau putus asa.
Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima risiko dan tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti: mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri risiko yang dihadapi.
Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup atau terbuka; dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Terdapat enam jenis kecenderungan manusia yang akan berkembang menjadi karakteristik kepribadiannya, yaitu:
Teoritis, cenderung mencari nilai kebenaran;
Ekonomis, cenderung menilai dari segi kemanfaatan, kepraktisa dan pertimbangan untung-rugi;
Estetis, cenderung menilai dari segi seni, indah atau tidak;
Socialis, mengabdikan diri dan sangat mencintai masyarakatnya;
Politis, cenderung ingin memperoleh kekuasaan tau berkuasa;
Religious, cenderung selalu berusaha memahami rahasia alam semesta dan mengabdikan diri kepada maha penciptanya.











BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Perkembangan ialah perubahan – perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya (maturity) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Progresif menandai bahwa perubahannya terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. Sistematis dan berkesinambungan menunjukkan adanya hubungan nyata antara perubahan yang sebelumnya dan sesudahnya.

Prinsip-prinsinya, yaitu Sistematis, Progresif dan Berkesinambungan. Sedangkan aspekny-aspeknya, yaitu perilaku kognitif, affektif dan psikomotorik.

Saran
Tentunya makalah ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kririk dan sarannya dari berbagai pihak manapun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Dan mudah-mudahan dapat dijadikan referensi untuk menambah khasanah keilmuan kita. Amin…










DAFTAR PUSTAKA

Drs. Alex Sobur. M.si. 2003. Psikologi umum. Bandung : Pustaka Setia.
Drs. H. Ahmad Fauzi. 2008. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Drs. Zulkifli. L. 1987. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Drs. Kartini KArtono. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan).  Bandung: Mandar MAju.
Prof. Dr. H Abin Syamsuddin Makmun, M.A. 2004. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http//:mitraguidance.com